Kamis, 22 September 2011

Si Kaslan dan Kakek Tua




Babak 1
Setting : di desa, di gubuk
Di sebuah desa yang tak berpeta, ada sebuah gubuk yang hanya berpetak 4x4 yang tak jauh dari permukiman. Hiduplah seorang lelaki yang malas. Dia tidak suka bekerja. Kerjaannya hanya melamun dan tidur. Dia hidup bersama istri dan kedua anaknya yang masih kecil dalam kemiskinan dan kemelaratan. Dia bernama Kaslan.
Pada suatu hari,  istrinya menangis karena dia dan anak-anaknya sudah terlalu menderita. Istrinya meminta agar Kaslan bekerja apa saja untuk mendatangkan rizki yang halal.
Kaslan menjawab, “Jangan sedih istriku, sebentar lagi akan datang masanya kita menjadi kaya raya! Barsabarlah! Aku bermimpi menjadi kaya raya.
Istrinya mencoba untuk bersabar sekali lagi. Namun, hari yang telah dijanjikan oleh Kaslan tidak datang juga. Mimpi itu tidak kunjung datang, karena sehari-hari Kaslan hanya tidur dan melamun. Keluarga itu semakin miskin; perabot rumah habis terjual, dapur tidak mengepul, sudah beberapa hari ini tidak ada makanan.
Akhirnya, kesabaran sang istri habis.
Kemarahannya meledak, “Tak ada gunanya menunggu dan menunggu! Apa langit menurunkan hujan emas? Kau harus pergi sekarang juga untuk mencari rezeki. Tanpa bekerja, mimpimu tidak akan pernah datang. Jika kau terus saja tidur dan diam di rumah, anak-anak kita sebentar lagi akan mati kelaparan!”
Akhirnya, Kaslan memutuskan untuk pergi menemui orang bijak. Dia hendak menemui seorang tua yang terkenal ahli ibadah dan ahli hikmah. Dia juga akan menanyakan kepadanya, cara agar bisa lepas dari kefakiran dan bisa menjadi kaya raya.
Babak 2
Setting : di hutan
Kaslan menyiapkan perbekalan seadanya untuk perjalanan jauh. Dia berjalan selama tiga hari. Di pinggir hutan, dia bertemu dengan orang tua yang lemah dan kurus badannya. Agaknya orang tua itu sedang sakit keras.
Orang tua itu bertanya pada kaslan, “Sobat, kau mau pergi kemana?”
Kaslan menjawab, “Aku mau pergi menemui seorang syaikh ahli ibadah dan ahli hikmah untuk menanyakan cara agar bisa jadi orang kaya.”
Mendengar jawaban Kaslan, orang tua itu berkata, “Jika kau bertemu syeikh itu jelaskan padaku. Lalu, tanyakan padanya cara agar aku bisa sembuh. Kalau perlu, apa obatnya? Aku merasakan sakit yang tak terperihkan di lambungku sejak tiga hari yang lalu. Aku tidak bisa tenang sedikit pun, siang dan malam.”
“Baiklah, aku akan menjelaskan mengenai sakitmu ini pada syaikh itu,” jawab Kaslan.
Lalu, Kaslan berjalan tiga hari lamanya. Di perjalanan, dia bertemu dengan orang encok .
orang itu berkata pada Kaslan, “Kau mau pergi kemana, Sobat?”
Kaslan lalu menjelaskan keinginannya berjumpa dengan syeikh ahli hikmah.
Mendengar penjelasan Kaslan , orang encok itu berkata, “Aku ingin kamu mau menanyakan pada syeikh yang dekat dengan Alah itu, mengenai obat dari sakitku yang aneh. Mengapa setiap kali aku akan melakukan suatu pekerjaan penyakit encokku selalu datang, padahal aku belum melakukannya. Tolong tanyakan pada syeikh itu, apa sebabnya dan apa obatnya?”
Kaslan menenangkan orang itu. Dia berjanji akan menanyakan pada syeikh itu, cara agar bisa normal dan sehat kembali.
Kemudian, Kaslan kembali melanjutkan perjalanan. Di tengah jalan, dia menemukan danau kecil yang jernih airnya. Dia mencuci muka dan memandang ke dasar danau itu.
Tiba-tiba ada seorang kakek tua yang duduk di bawah pohon yang ridang di dekat sungai, “Hai sobat, kau mau kemana?”
Kaslan lalu menjelaskan keinginannya untuk menemui syeikh ahli hikmah.
Mendengar hal itu, sang kakek tua berkata pada Kaslan, “Sobat, sudah sebulan ini aku merasakan sakit yang tiada tara dalam tenggorokanku. Tolong tanyakan pada syeikh itu, apa obat untuk penyakitku?”
Kaslan tersenyum dan menyakinkan kakek itu, bahwa dia akan menanyakan kepada syeikh. Lalu, dia melanjutkan perjalanan.
Setelah tiga hari berjalan, Kaslan sampai pada sebuah taman yang di tumbuhi pepohonan dan bunga-bunga indah. Di tengah taman ada sungai yang airnya mengalir jernih. Di samping  sungai, ada gubuk papan yang antic. Di dalam gubuk itu ada seorang syeikh berjubah dan berjenggot putih, sedang khusuk membaca Al-Quran. Kaslan memberi salam kepada orang tua itu.
“Apa yang kau inginkan Kaslan?” sapa syeikh itu setelah menjawab salam.
Tentu saja, Kaslan terkejut bukan main. Dia belum memperkenalkan namanya.
“bagaimana syeikh bisa mengetahui namaku?” tanya Kaslan.
“Aku adalah orang yang kau cari, cepatlah katakanlah. Apa keinginanmu mencariku?”
“Aku datang kepadamu karena ingin menjelaskan keadaanku. Sejak lahir, aku ini fakir dan miskin. Aku menikah juga dengan perempuan yang miskin. Aku telah memiliki beberapa anak, namun tetap saja miskin. Aku ingin syeikh menjelaskan kepadaku, agar aku jadi orang kaya? Aku ingin punya rumah yang mewah, makan yang cukup, dan pakaian yang baik, anak dan istriku bisa hidup senang.”
“Baiklah, aku akan jelaskan. Namun, sebelum aku jelaskan, apa kau punya pertanyaan lain. Atau ada hal lain yang ingin kau katakan?”
“Oh iya, syeikh, hampir lupa. Dalam perjalanan aku bertemu dengan orang tua yang kurus dan lemah, ia tersiksa karena sakit di dalam lambungnya. Ia menitipkan pertanyaan kepadaku, apa penyebab penyakitnya sekaligus obatnya, pada syeikh. Lalu, aku bertemu dengan orang encok yang selalutimbul penyakitnya, sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa. orang itu berpesan agar aku menanyakan sebab dan bagaimana bisa normal kembali. Terakhir, aku bertemu dengan seorang kakek tua di danau yang mengaku sakit tenggorokan selama sebulan ini. Ia juga menitipkan pesan kepadaku agar syeikh memberitahukan obatnya,”
syeikh itu membetulkan duduknya, lalu menjelaskan, “Yang menyebabkan sakit tenggorokan pada kakek itu adalah sebutir permata yang tertelan olehnya dan menyangkut di dalam tenggorokannya. Jika permata itu bisa di keluarkan, maka kakek itu akan sembuh. Orang encok itu selalu penyakit encoknya timbul sebelum ia bekerja, karena ………maka ia akan normal kembali. Adapun orang yang kurus kering dan sakit keras, obatnya adalah ia harus memakan buah mengkudu yang segar.”
Lalu, Kaslan betanya agar dirinya bisa kaya.
Syeikh itu hanya menjawab, “Impianmu akan menjadi kenyataan. Sudah, sekarang pergilah!”
Kaslan berjalan dengan hati gembira hingga sampai di danau. Ia bertemu dengankakek tua yang tidak sabar menunggunya.
Kaslan berkata, “Syeikh ahli hikmah itu mengatakan bahwayang menyebabkan sakit pada tenggorokanmu adalah sebutir permata yang tertelan olehmu. Jika permata itu bisa di keluarkan maka kau akan sembuh.”
Lalu, Kaslan hendak beranjak pergi.
Akan tetapi, kakek itu merintih serta mengiba, “Kaslan tolonglah kau kasihani aku, keluarkanlah permata ini dari tenggorokanku. Jika sudah kau keluarkan, kau boleh mamilikinya!”
Namun, Kaslan menjawab, “Mengapa aku harus bercapek-capek? Syeikh tadi mengatakan bahwa aku kan menjadi kaya! Aku tak ada waktu, selamat tinggal, sobat!”
Kaslan terus berjalan hingga dia sampai di tempat orang encok itu yang sudah lama menunggunya. Orang itu menanyakan jawaban yang di sampaikan Syeikh itu.
Kaslan menjawab, “penyakit encokmu muncul sebelum kamu bekerja adalah karena …….kan kembali normal.
Kaslan ingin pergi, namun orang itu berkata, “Kaslan, jangan pergi dulu! Tolonglah aku, …. itu untukmu agar aku bisa normal kembali.”
Kaslan hanya tersenyum dan menjawab, “Aku tidak mau capek! Syeikh tadi mengatakan, impianku akan menjadi kenyataan! Aku tidak ada waktu. Aku harus cepat pulang. Selamat tinggal, soabat.”
Pohon itu menangis. Namun, Kaslan tetap saja pergi meneruskan perjaanan. Akhirnya, dia berjumpa dengan orang yang kurus.
Kaslan menjelaskan dengan singkat, “Syeikh mengatakan, sobatmu adalah memakan lelaki yang malas dan tidak berguna bagi keluarganya!”
orang itu berpikir sejenak, lalu berkata sambil memandang sekelilingnya, “Aha, aku tidak perlu mencari orang lain yang malas dan tak berguna bagi keluarganya. Orang itu telah ada di depanku. Kau datang dengan kedua kakimu untuk menjadi santapanku, Kaslan. Ayo,  cepat kemari, lelaki malas dan egois!”
Kaslan ketakutan bukan main. Dia melompat dan langsung lari secepat kilat. Dia terus lari sekencang-kencangnya hingga akhirnya selamat dari kejaran serigala yang lemah itu. Kaslan kelelahan dan duduk di atas batu sambil berpikir.
Dalam hati Kaslan berkata, “Serigala itu benar….aku memang pemalas! Aku tidak berhak untuk hidup…aku harus kembali ke hutan membantu pohon apel dan ikan malang itu!”
Kaslan sampai di danau dan memanggil ikan itu. Tidak lama, ikan itu menongolkan kepalanya.
“Mengapa kau kembali kesini, Kaslan?” tanya ikan itu.
“Aku ingin membantumu, ayo bukalah mulutmu!” kata Kaslan.
Ikan itu membuka mulutnya. Kaslan membantu mengeluarkan intan itu dengan menggunakan jarinya.
Setelah intan itu berhasil di keluarkan, sang ikan mengucapkan terima kasih dan berkata, “Ambillah intan itu untukmu, Kaslan.”
Lalu, Kaslan pergi ke tempat pohon apel.
Pohon apel itu terkejut dengan kedatangan Kaslan, “Mengapa kau kembali menemuiku, Kaslan!”
“Aku ingin membantumu mengeluarkan emas yang menghalangi akarmu agar kau bisa normal kembali.” Jawab Kaslan.
Dia lalu menggali dan mengeluarkan emas itu.
Pohon apel mengucapkan terima kasih dan berkata, “Ambillah seluruh emas itu untukmu, sobat!”
“Tidak! Aku tidak mau mengambilnya untuk diriku. Aku akan mengambilnya untuk aku bagikan semuanya kepada fakir miskin. Aku akan beketrja dan makan dengan hasil keringatku sendiri!” jawab Kaslan tegas.
 Pohon itu tersenyum mendengar jawaban Kaslan.
Akhirnya, kaslan sampai di gubuknya.
Setting : di gubuk
Istrinya berkata, “Apakah kau sudah bertemu Syeikh? Bagaimana caranya agar kita kaya?”
“Ya istriku, aku sudah bertemu. Aku harus giat bekerja dan tidak malas. Aku harus bermanfaat bagi keluarga dan orang sekitar. Aku akan membuka semak belukar di belakang rumah kita menjadi lading. Aku juga akan mulai jualan kecil-kecilan di pasar!” jawab Kaslan.
Seketika itu, istrinya bersujud syukur kepada Allah dan berkata dalam sujudnya, “subhanallah wal hamdulillah, segala puji bagimu, ya Allah. Engkau telah memberikan hidayah-Mu pada suamiku!”
Lalu, istrinya mengusulkan kepada suaminya, “Suamiku, sebaiknya namamu mulai sekarang di ubah saja. Tidak usah memakai nama Kaslan lagi, sebab Kaslan artinya pemalas. Bagaimana kalau diubah menjadi Juhdan saja, yang artinya kerja keras?”
“Ya, aku setuju. Mulai sekarang, namaku Juhdan.”
Sejak itu, Juhdan yang asal mulanya bernama Kaslan, giat bekerja. Dalam waktu yang tidak lama, dia menjadi orang yang berkecukupan. Dia memiliki kebun yang luas dan subur. Dia juga memiliki sejumlah toko di pasar. Bukan Cuma itu, dia di cintai oleh penduduk yang ada di sekitarnya, sebab dia pemurah dan suka menolong orang yang kesusahan.

*****









Hikmah :

Kerja pada hakekatnya adalahnya manifestasi amal kebajikan. Sebagai sebuah amal, maka niat dalam menjalankannya akan menentukan penilaian. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad bersabda, “Sesungguhnya nilai amal itu ditentukan oleh niatnya.” Amal seseorang akan dinilai berdasar apa yang diniatkannya

Kerja adalah perintah suci Allah kepada manusia. Meskipun akhirat lebih kekal daripada dunia, namun Allah tidak memerintahkan hambanya meninggalkan kerja untuk kebutuhan duniawi.
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (untuk kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi.” (QS. Al-Qashash: 77).

“Bukanlah orang yang paling baik darimu itu yang meninggalkan dunianya karena akhiratnya, dan tidak pula yang meninggalkan akhiratnya karena dunianya. Sebab, dunia itu penyampaian pada akhirat dan janganlah kamu menjadi beban atas manusia.” (HR. Ibnu ‘Asakir dari Anas).
Adanya siang dan malam dalam alam dunia ini, merupakan isyarat akan adanya kewajiban bekerja (pada siang hari).
“Dan Kami telah membuat waktu siang untuk mengusahakan suatu kehidupan.” (QS. An-Naba’: 11).

“Kami telah menjadikan untukmu semua di dalam bumi itu sebagai lapangan mengusahakan kehidupan. Tetapi sedikit sekali kamu berterima kasih,” (QS. Al-A’raf: 10).

“Apabila Telah ditunaikan shalat, maka menyebarlah di bumi dan carilah dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jum’ah: 10).

Untuk memberikan motivasi dalam bekerja, Nabi Muhammad, menggunakan bahasa yang sangat mengunggah dan menyadarkan. “Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan beramallah untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati besok.” (HR. Baihaqi).

Bekerja juga akan membuat manusia lebih merdeka, dengan tidak menggantungkan diri kepada orang lain, seperti dengan meminta-minta. “Demi, jika seseorang di antara kamu membawa tali dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar, kemudian dipikul ke pasar untuk dijual, dengan bekerja itu Allah mencukupi kebutuhanmu, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain. (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah pernah ditanya, “Pekerjaan apakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Pekerjaan terbaik adalah usahanya seseorang dengan tangannya sendiri dan semua perjualbelian yang dianggap baik” (HR. Ahmad, Baihaqi, dan lain-lain).

Islam juga menganjurkan untuk bekerja dengan sepenuh hati untuk memberikan kualitas hasil terbaik. Bahkan kerja keras yang ikhlas merupakan penghapus dosa. “Sebaik-baik pekerjaan ialah usahanya seorang pekerja jika ia berbuat sebaik-baiknya” (HR. Ahmad). “Siapa bekerja keras hingga lelah dari kerjanya, maka ia terampuni (dosanya) karenanya.” (Al-Hadist). “Berpagi-pagilah dalam mencari rezeki dan kebutuhan hidup. Sesungguhnya pagi-pagi itu mengandung berkah dan keberuntungan” (HR. Ibnu Adi dari Aisyah). “Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya” (Al-Hadist).

Mari kisa sebagai sesama umat manusia ciptakan budaya bekerja keras di lingkuan kita sendiri, biasakan sebelum melakukan kerja kita baca Basmalah terlebih dahulu. Niatkanlah dalam hati kita bekerja hanya untuk mencari Ridho Allah semata, jangan untuk supaya dapat uang yang banyak.