Babak 1
Setting : di
desa, di gubuk
Di sebuah desa yang tak berpeta, ada
sebuah gubuk yang hanya berpetak 4x4 yang tak jauh dari permukiman. Hiduplah seorang lelaki yang malas. Dia tidak suka bekerja. Kerjaannya hanya melamun
dan tidur. Dia hidup bersama istri dan kedua anaknya yang masih kecil dalam kemiskinan dan kemelaratan. Dia bernama Kaslan.
Pada suatu hari, istrinya menangis
karena dia dan anak-anaknya sudah terlalu menderita. Istrinya meminta agar
Kaslan bekerja apa saja untuk mendatangkan rizki yang halal.
Kaslan menjawab, “Jangan sedih istriku,
sebentar lagi akan datang masanya kita menjadi
kaya raya! Barsabarlah! Aku bermimpi menjadi kaya raya.
Istrinya mencoba untuk bersabar sekali
lagi. Namun, hari yang telah dijanjikan oleh Kaslan tidak datang juga. Mimpi
itu tidak kunjung datang, karena sehari-hari Kaslan hanya tidur dan melamun.
Keluarga itu semakin miskin; perabot rumah habis terjual, dapur tidak mengepul,
sudah beberapa hari ini tidak ada makanan.
Akhirnya, kesabaran sang istri habis.
Kemarahannya meledak, “Tak ada gunanya
menunggu dan menunggu! Apa langit menurunkan hujan emas? Kau harus pergi sekarang juga untuk mencari rezeki. Tanpa bekerja, mimpimu tidak
akan pernah datang. Jika kau terus saja tidur dan diam di rumah, anak-anak kita
sebentar lagi akan mati kelaparan!”
Akhirnya, Kaslan memutuskan untuk pergi
menemui orang bijak. Dia hendak menemui seorang tua yang terkenal ahli ibadah dan ahli hikmah. Dia juga akan menanyakan kepadanya, cara agar bisa lepas
dari kefakiran dan bisa menjadi kaya raya.
Babak 2
Setting : di
hutan
Kaslan menyiapkan perbekalan seadanya
untuk perjalanan jauh. Dia berjalan selama tiga hari. Di pinggir hutan, dia
bertemu dengan orang tua yang lemah dan kurus badannya. Agaknya orang tua itu sedang sakit keras.
Orang tua itu bertanya pada kaslan, “Sobat, kau mau pergi kemana?”
Kaslan menjawab, “Aku mau pergi menemui
seorang syaikh ahli ibadah dan ahli hikmah untuk menanyakan cara agar bisa jadi
orang kaya.”
Mendengar jawaban Kaslan, orang tua itu berkata, “Jika kau bertemu syeikh itu jelaskan padaku. Lalu, tanyakan
padanya cara agar aku bisa sembuh. Kalau perlu, apa obatnya? Aku merasakan
sakit yang tak terperihkan di lambungku sejak tiga hari yang lalu. Aku tidak
bisa tenang sedikit pun, siang dan malam.”
“Baiklah, aku akan menjelaskan mengenai
sakitmu ini pada syaikh itu,” jawab Kaslan.
Lalu, Kaslan berjalan tiga hari lamanya.
Di perjalanan, dia bertemu dengan orang encok .
orang itu berkata pada Kaslan, “Kau mau pergi kemana,
Sobat?”
Kaslan lalu menjelaskan keinginannya
berjumpa dengan syeikh ahli hikmah.
Mendengar penjelasan Kaslan , orang
encok itu berkata, “Aku ingin kamu mau menanyakan pada syeikh yang dekat dengan
Alah itu, mengenai obat dari sakitku yang aneh. Mengapa setiap kali aku akan
melakukan suatu pekerjaan penyakit encokku selalu datang, padahal aku belum
melakukannya. Tolong tanyakan pada syeikh itu, apa sebabnya dan apa obatnya?”
Kaslan menenangkan orang itu. Dia berjanji akan menanyakan pada syeikh itu, cara agar bisa normal
dan sehat kembali.
Kemudian, Kaslan kembali melanjutkan
perjalanan. Di tengah jalan, dia menemukan danau kecil yang jernih airnya. Dia
mencuci muka dan memandang ke dasar danau itu.
Tiba-tiba ada seorang kakek tua yang duduk di bawah pohon yang ridang di dekat sungai, “Hai sobat, kau mau kemana?”
Kaslan lalu menjelaskan keinginannya
untuk menemui syeikh ahli hikmah.
Mendengar hal itu, sang kakek tua berkata pada Kaslan, “Sobat, sudah sebulan ini aku merasakan sakit yang
tiada tara dalam tenggorokanku. Tolong tanyakan pada syeikh itu, apa obat untuk
penyakitku?”
Kaslan tersenyum dan menyakinkan kakek itu, bahwa dia akan menanyakan kepada syeikh. Lalu, dia melanjutkan
perjalanan.
Setelah tiga hari berjalan, Kaslan
sampai pada sebuah taman yang di tumbuhi pepohonan dan bunga-bunga indah. Di
tengah taman ada sungai yang airnya mengalir jernih. Di samping sungai,
ada gubuk papan yang antic. Di dalam gubuk itu ada seorang syeikh berjubah dan
berjenggot putih, sedang khusuk membaca Al-Quran. Kaslan memberi salam kepada
orang tua itu.
“Apa yang kau inginkan Kaslan?” sapa
syeikh itu setelah menjawab salam.
Tentu saja, Kaslan terkejut bukan main.
Dia belum memperkenalkan namanya.
“bagaimana syeikh bisa mengetahui
namaku?” tanya Kaslan.
“Aku adalah orang yang kau cari, cepatlah
katakanlah. Apa keinginanmu mencariku?”
“Aku datang kepadamu karena ingin
menjelaskan keadaanku. Sejak lahir, aku ini fakir dan miskin. Aku menikah juga
dengan perempuan yang miskin. Aku telah memiliki beberapa anak, namun tetap
saja miskin. Aku ingin syeikh menjelaskan kepadaku, agar aku jadi orang kaya?
Aku ingin punya rumah yang mewah, makan yang cukup, dan pakaian yang baik, anak
dan istriku bisa hidup senang.”
“Baiklah, aku akan jelaskan. Namun,
sebelum aku jelaskan, apa kau punya pertanyaan lain. Atau ada hal lain yang
ingin kau katakan?”
“Oh iya, syeikh, hampir lupa. Dalam
perjalanan aku bertemu dengan orang tua yang kurus dan lemah,
ia tersiksa karena sakit di dalam lambungnya. Ia menitipkan pertanyaan
kepadaku, apa penyebab penyakitnya sekaligus obatnya, pada syeikh. Lalu, aku
bertemu dengan orang encok yang selalutimbul penyakitnya, sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa. orang itu berpesan agar aku
menanyakan sebab dan bagaimana bisa normal kembali. Terakhir, aku bertemu dengan seorang kakek tua di danau yang mengaku sakit tenggorokan selama sebulan ini. Ia juga
menitipkan pesan kepadaku agar syeikh memberitahukan obatnya,”
syeikh itu membetulkan duduknya, lalu
menjelaskan, “Yang menyebabkan sakit tenggorokan pada kakek itu adalah sebutir permata
yang tertelan olehnya dan menyangkut di dalam tenggorokannya. Jika permata itu bisa di keluarkan, maka kakek itu akan sembuh. Orang encok itu selalu penyakit encoknya timbul sebelum ia bekerja, karena ………maka ia akan normal kembali. Adapun orang yang kurus kering dan sakit keras, obatnya adalah ia harus memakan buah mengkudu yang segar.”
Lalu, Kaslan betanya agar dirinya bisa
kaya.
Syeikh itu hanya menjawab, “Impianmu
akan menjadi kenyataan. Sudah, sekarang pergilah!”
Kaslan berjalan dengan hati gembira
hingga sampai di danau. Ia bertemu dengankakek tua yang tidak sabar menunggunya.
Kaslan berkata, “Syeikh ahli hikmah itu
mengatakan bahwayang menyebabkan sakit pada tenggorokanmu adalah sebutir permata yang tertelan olehmu. Jika permata itu bisa di keluarkan
maka kau akan sembuh.”
Lalu, Kaslan hendak beranjak pergi.
Akan tetapi, kakek itu merintih serta mengiba, “Kaslan tolonglah kau kasihani
aku, keluarkanlah permata ini dari tenggorokanku. Jika sudah kau
keluarkan, kau boleh mamilikinya!”
Namun, Kaslan menjawab, “Mengapa aku
harus bercapek-capek? Syeikh tadi mengatakan bahwa aku kan menjadi kaya! Aku
tak ada waktu, selamat tinggal, sobat!”
Kaslan terus berjalan hingga dia sampai
di tempat orang encok itu yang sudah lama menunggunya. Orang itu
menanyakan jawaban yang di sampaikan Syeikh itu.
Kaslan menjawab, “penyakit encokmu muncul sebelum kamu bekerja adalah karena …….kan kembali normal.
Kaslan ingin pergi, namun orang itu berkata, “Kaslan, jangan pergi dulu! Tolonglah aku, …. itu untukmu
agar aku bisa normal kembali.”
Kaslan hanya tersenyum dan menjawab,
“Aku tidak mau capek! Syeikh tadi mengatakan, impianku akan menjadi kenyataan!
Aku tidak ada waktu. Aku harus cepat pulang. Selamat tinggal, soabat.”
Pohon itu menangis. Namun, Kaslan tetap
saja pergi meneruskan perjaanan. Akhirnya, dia berjumpa dengan orang yang kurus.
Kaslan menjelaskan dengan singkat,
“Syeikh mengatakan, sobatmu adalah memakan lelaki yang malas
dan tidak berguna bagi keluarganya!”
orang itu berpikir sejenak, lalu berkata sambil memandang
sekelilingnya, “Aha, aku tidak perlu mencari orang lain yang malas dan tak berguna bagi
keluarganya. Orang itu telah ada di depanku. Kau datang dengan kedua kakimu
untuk menjadi santapanku, Kaslan. Ayo, cepat kemari, lelaki malas dan
egois!”
Kaslan ketakutan bukan main. Dia
melompat dan langsung lari secepat kilat. Dia terus lari sekencang-kencangnya
hingga akhirnya selamat dari kejaran serigala yang lemah itu. Kaslan kelelahan
dan duduk di atas batu sambil berpikir.
Dalam hati Kaslan berkata, “Serigala itu
benar….aku memang pemalas! Aku tidak berhak untuk hidup…aku harus kembali ke
hutan membantu pohon apel dan ikan malang itu!”
Kaslan sampai di danau dan memanggil
ikan itu. Tidak lama, ikan itu menongolkan kepalanya.
“Mengapa kau kembali kesini, Kaslan?”
tanya ikan itu.
“Aku ingin membantumu, ayo bukalah
mulutmu!” kata Kaslan.
Ikan itu membuka mulutnya. Kaslan
membantu mengeluarkan intan itu dengan menggunakan jarinya.
Setelah intan itu berhasil di keluarkan,
sang ikan mengucapkan terima kasih dan berkata, “Ambillah intan itu untukmu,
Kaslan.”
Lalu, Kaslan pergi ke tempat pohon apel.
Pohon apel itu terkejut dengan
kedatangan Kaslan, “Mengapa kau kembali menemuiku, Kaslan!”
“Aku ingin membantumu mengeluarkan emas
yang menghalangi akarmu agar kau bisa normal kembali.” Jawab Kaslan.
Dia lalu menggali dan mengeluarkan emas
itu.
Pohon apel mengucapkan terima kasih dan
berkata, “Ambillah seluruh emas itu untukmu, sobat!”
“Tidak! Aku tidak mau mengambilnya untuk
diriku. Aku akan mengambilnya untuk aku bagikan semuanya kepada fakir miskin.
Aku akan beketrja dan makan dengan hasil keringatku sendiri!” jawab Kaslan
tegas.
Pohon itu tersenyum mendengar
jawaban Kaslan.
Akhirnya, kaslan sampai di gubuknya.
Setting : di
gubuk
Istrinya berkata, “Apakah kau sudah
bertemu Syeikh? Bagaimana caranya agar kita kaya?”
“Ya istriku, aku sudah bertemu. Aku
harus giat bekerja dan tidak malas. Aku harus bermanfaat bagi keluarga dan
orang sekitar. Aku akan membuka semak belukar di belakang rumah kita menjadi
lading. Aku juga akan mulai jualan kecil-kecilan di pasar!” jawab Kaslan.
Seketika itu, istrinya bersujud syukur
kepada Allah dan berkata dalam sujudnya, “subhanallah wal hamdulillah, segala
puji bagimu, ya Allah. Engkau telah memberikan hidayah-Mu pada suamiku!”
Lalu, istrinya mengusulkan kepada
suaminya, “Suamiku, sebaiknya namamu mulai sekarang di ubah saja. Tidak usah
memakai nama Kaslan lagi, sebab Kaslan artinya pemalas. Bagaimana kalau diubah
menjadi Juhdan saja, yang artinya kerja keras?”
“Ya, aku setuju. Mulai sekarang, namaku
Juhdan.”
Sejak itu, Juhdan yang asal mulanya
bernama Kaslan, giat bekerja. Dalam waktu yang tidak lama, dia menjadi orang
yang berkecukupan. Dia memiliki kebun yang luas dan subur. Dia juga memiliki
sejumlah toko di pasar. Bukan Cuma itu, dia di cintai oleh penduduk yang ada di
sekitarnya, sebab dia pemurah dan suka menolong orang yang kesusahan.
*****
Hikmah :
Kerja pada hakekatnya adalahnya manifestasi
amal kebajikan. Sebagai sebuah amal, maka niat dalam
menjalankannya akan menentukan penilaian. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad
bersabda, “Sesungguhnya nilai amal itu ditentukan oleh niatnya.” Amal
seseorang akan dinilai berdasar apa yang diniatkannya.
Kerja adalah perintah suci Allah kepada
manusia. Meskipun akhirat lebih kekal daripada dunia, namun Allah tidak
memerintahkan hambanya meninggalkan kerja untuk kebutuhan duniawi.
Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (untuk kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di bumi.” (QS. Al-Qashash: 77).
“Bukanlah orang yang paling baik darimu
itu yang meninggalkan dunianya karena akhiratnya, dan tidak pula yang
meninggalkan akhiratnya karena dunianya. Sebab, dunia itu penyampaian pada
akhirat dan janganlah kamu menjadi beban atas manusia.” (HR. Ibnu ‘Asakir dari
Anas).
Adanya siang dan malam dalam alam dunia ini, merupakan
isyarat akan adanya kewajiban bekerja (pada siang hari).
“Dan Kami telah membuat waktu siang
untuk mengusahakan suatu kehidupan.” (QS. An-Naba’: 11).
“Kami telah menjadikan untukmu semua di
dalam bumi itu sebagai lapangan mengusahakan kehidupan. Tetapi sedikit sekali
kamu berterima kasih,” (QS. Al-A’raf: 10).
“Apabila Telah ditunaikan shalat, maka
menyebarlah di bumi dan carilah dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jum’ah: 10).
Untuk memberikan motivasi dalam bekerja,
Nabi Muhammad, menggunakan bahasa yang sangat mengunggah dan menyadarkan.
“Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan
beramallah untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati besok.” (HR. Baihaqi).
Bekerja juga akan membuat manusia lebih merdeka,
dengan tidak menggantungkan diri kepada orang lain, seperti dengan
meminta-minta. “Demi, jika seseorang di antara kamu membawa tali dan
pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar, kemudian dipikul ke pasar untuk
dijual, dengan bekerja itu Allah mencukupi kebutuhanmu, itu lebih baik daripada
ia meminta-minta kepada orang lain. (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah pernah ditanya, “Pekerjaan apakah yang
paling baik?” Beliau menjawab, “Pekerjaan terbaik adalah usahanya
seseorang dengan tangannya sendiri dan semua perjualbelian yang dianggap baik”
(HR. Ahmad, Baihaqi, dan lain-lain).
Islam juga menganjurkan untuk bekerja dengan sepenuh
hati untuk memberikan kualitas hasil terbaik. Bahkan kerja
keras yang ikhlas merupakan penghapus dosa. “Sebaik-baik pekerjaan ialah
usahanya seorang pekerja jika ia berbuat sebaik-baiknya” (HR. Ahmad). “Siapa
bekerja keras hingga lelah dari kerjanya, maka ia terampuni (dosanya)
karenanya.” (Al-Hadist). “Berpagi-pagilah dalam mencari rezeki dan kebutuhan
hidup. Sesungguhnya pagi-pagi itu mengandung berkah dan keberuntungan” (HR.
Ibnu Adi dari Aisyah). “Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang
darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya” (Al-Hadist).
Mari kisa sebagai sesama umat manusia ciptakan budaya
bekerja keras di lingkuan kita sendiri, biasakan sebelum melakukan kerja kita
baca Basmalah terlebih dahulu. Niatkanlah dalam hati kita bekerja hanya untuk
mencari Ridho Allah semata, jangan untuk supaya dapat uang yang banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar